Pasangan suami-istri muda baru saja pindah ke rumah impian mereka di
lingkungan yang baru komplek perumahan itu. Keesokan harinya, sementara
mereka sedang asyik sarapan makan pagi bersama, wanita muda itu
melihat tetangganya di sebelah rumah mereka sedang menggantung cuciannya
di halaman rumah si tetangga tersebut. “Wah, kok cucian
tetangga kita itu sepertinya kurang bersih ya”, katanya, “Hem,
sepertinya dia tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar”. “Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih baik!!”.
Suaminya
ikut melihat ke luar kaca jendela rumah meraka, tetapi ia tetap diam
saja tanpa komentar apapun. Setiap kali tetangganya akan menggantung
cuciannya, wanita muda akan membuat komentar yang sama.
Sekitar satu bulan kemudian, perempuan itu sangat terkejut ketika melihat hasil cucian tetangganya yang digantung
di halaman rumahnya nampak terlihat sangat bersih dan
cemerlang, lalu si wanita muda itu segera menelpon suaminya di kantor
dan berkata kepada suaminya: ” Hai sayang, dengarkan aku ya . .Â
tetangga kita itu sepertinya telah belajar bagaimana caranya
mencuci dengan benar sehingga hasil cuciannya nampak sangat bersih dan
cemerlang pagi ini, Aku ingin tahu siapa yang telah mengajarinya mencuci dengan benar”.
Sang suami berkata: “Pagi ini aku bangun lebih awal dari biasanya dan membersihkan jendela kaca rumah kita!”
Dan demikian pula dengan kehidupan ini :
“Apa
yang kita lihat ketika memberikan penilaian kepada orang lain
tergantung pada cara pandang dan kemurnian sudut jendela mana cara kita
melihat persoalan. Sebelum kita memberi kritik apapun, mungkin
sebaiknya kita memeriksa keadaan pikiran kita terlebih dahulu dan
bertanya pada diri sendiri apakah kita siap untuk melihat sisi baik pada
orang lain daripada hanya mencari-cari sesuatu kesalahan atau kekurangan untuk menghakimi orang lain.”
Semoga bermanfaat .
Ditulis oleh: Amriwansyah Kumara