asmaul husna-makna&khasiat

Asmaul Husna – Makna dan Khasiat (2)

Haloo Sahabat Pintar!

Ini adalah kelanjutan dari artikel bagian pertama. Langsung disimak yaa ^__^

“Modal terbesar yang dipinjamkan-Nya kepada kita adalah nyawa kita. Apapun yang akan kita peroleh, Kita capai dengan nyawa itu. Modal kita itu telah digunakan hari demi hari, jam demi jam. Dengan dihelanya setiap nafas, saat perhitungan akhir menjadi semakin dekat, yaitu ketika kita harus mengembalikan modal kehidupan fana ini kepada pemillknya. Kemudian kita akan diberi imbalan atas keuntungan dan harus bertanggung terhadap kerugian. Sebagian di antara kita telah bangkrut, yaitu orang-orang kafir yang telah menghambur-hamburkan modal Allah.”

“Ketahuilah bahwa setiap menit yang berlalu tanpa keuntungan, setiap jam yang tidak engkau manfaatkan karena Allah, merawat makhluk-Nya, atau mengingat-Nya, b ersyukur kepada-Nya, memuji-Nya, mencermati apa yang tengah engkau kerjakan, adalah sebuah kerugian. Engkau tidak memiliki harapan untuk mendapatkan  kembali yang telah hilang, engkau tidak dapat menembus hari kemarin, bahkan sekiranya engkau habiskan sisa hidupmu. Hargailah hidupmu! Janganlah engkau sia-siakan dalam kemalasan, kelalaian, dan mimpi. Buatlah perhitungan sejak saat sebelum engkau harus memperhitungkan di hadapan Allah al-Hasib.”

“Doa adalah pembangkit tenaga. Jika seseorang belajar bagaimana menggunakannya, maka dia akan menemukan ketenangan dan sumber kekuatan.”

asmaul husna-makna&khasiat


“Allah adalah sahabat penolong bagi hamba-hamba-Nya yang saleh. Dia menolong hamba-Nya yang baik;dihilangkan-Nya kesulitan mereka dan diberikan-Nya mereka bimbingan, rasa tentram, dan keberhasilan dalam segala urusan mereka di dunia ini dan di akhirat. Dia mengeluarkan mereka dari   kegelapan kepada cahaya dan menerangi hati mereka. Hati mereka pun tidak tertarik atau terlambat pada masa kini, tetapi jauh menyongsong waktu azali dan kekal. Mereka mengenal Tuhan alam semesta ini, mengakui ketunggalan dan keesaan-Nya dan dimuliakan dengan tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia, menjadi sahabat-Nya dengan cara menjadi hamba-Nya yang baik.”

“Keunggulan sejati manusia bergantung pada rasa syukur dan kerendahan hatinya, melayani hamba-hamba Allah dan apa yang telah diperintahkan Allah atas kita. Sebaliknya, kesombongan mendorong sikap angkuh mereka hingga kepada pengingkaran tehadap Pencipta mereka, Tuhan mereka. Dalam sikap angkuh mereka, mereka tidak bersedia menjadi hamba Allah. Malah mereka berpandangan bahwa tidak ada salahnya untuk menghamba kapada yang lain!”

“Jika engkau menderita kesedihan, ketakutan, penyakit, atau kemiskinan, ketahuilah bahwa Allah dapat menghilangkannya. Jika engkau dianugerahi kebahagiaan, kesehatan, keberhasilan, atau kekayaan, juga hanya Allah yang dapat menahannya. Oleh karena itu, dalam keadaan sehat  atau sakit, senang atau sedih, engkau harus tunduk dan hanya menghadap kepada-Nya, karena kebaikan dan keburukan  datang dari sumber yang sama. Keduanya benar dan adil.”

“Jika engkau seorang dokter atau arsitek ketika engkau pergi ke suatu tempat yang di dalamnya tidak ada orang yang sakit atau tidak ada pun untuk dibangun, maka keberadaan dan pengetahuanmu akan musnah. Tetapi jika engkau menemukan penisilin, yang tetap akan menyembuhkan penyakit lama setelah kau pergi, atau jika engkau membangun sebuah jembatan yang akan dilalui orang-orang dalam jangka waktu  yang lama, dan niatmu dalam mengerjakan semua itu adalah untuk mengabdi dan bukan untuk mencari keuntungan, maka engkau akan memperoleh keabadian di akhirat karena apa yang telah engkau kerjakan di dunia yang fana ini.”

“Perhatian dan rasa ingin tahu adalah dua anugerah terbesar bagi manusia. Semua pengetahuan, ilmu, dan industri merupakan akibat dari adanya kedua sifat itu. Manusia tidak dapat menciptakan atau membuat; yang dapat kita lakukan adalah menemukan segala sesuatu yang sebelumnya telah Allah ciptakan.”

“Engkau yang banyak menghabiskan harta dan usaha untuk menyinari kehidupan materialmu dengan kandil, permata yang berkilau, dan kemegahan yang terang, mengapa kau padamkan cahaya hatimu? Tidakkah kau tahu bahwa engkau dapat menyebabkan hati itu diperbudak dalam kegelapan, dan buta seperti kelelawar? Jika mata kepalamu buta, seorang dapat menuntunmu di jalan; namun orang yang hatinya buta tidak dapat dituntun dan akan tersesat selamanya.”