
Sahabat Pintar, meskipun saya belum resmi menjadi anggota TDA (Tangan Di Atas), salah satu komunitas bisnis terbesar di Indonesia, namun saya rajin memantau milis TDA. Saya mendapat banyak pencerahan dan wawasan bisnis dengan bergabung di milis tsb. Berikut ada sebuah artikel menarik dari milis tsb:
Kita mungkin tahu Komunitas Bikers, atau mungkin kita juga Membernya. Enak
yaa gabung di komunitas seperti itu, kita cukup modal sekali saja beli
sepeda, bisa yang murah atau yang mahal, tinggal cari di internet, dan
langsung gabung online maupun kopi darat (offline). Jika diawal kita rajin
bersepeda, kita tentu rajin ikut coba track dimana saja yang menantang. Kita
tembus jalur-jalur baru, entah di pegunungan dan desa sebelah mana. Namun
jika kita sedang sibuk, malas, atau sakit, kita bisa absen. Jika teman tanya
kemana saja ngga pernah tracking lagi, kita bisa jawab dengan mudah, lagi
sibuk, lagi malas, sepeda lagi ada masalah, dll, dengan nyantai. Jika sudah
malas bersepeda, say goodbye komunitas, dan sepede bisa kita jual juga. Yang
masih bersepeda masih heppy berkomunitas, yang sudah sibuk juga heppy, semua
Heppy Ending.
Lain dengan Komunitas Bisnis, gabung di komunitas bisnis, kita harus
minimal punya mimpi menjadi pengusaha. Cukup mimpi. Tidak peduli awalnya
kita itu pengangguran, anak SMA, Mahasiswa, Karyawan atau yang sudah punya
bisnis. Lalu kita mulai dengan mudah mengakses cerita-cerita isnpiratif,
gemerlap cerita sukses, workshop dan seminar hampir gratis, tulisan-tulisan
penuh ilmu, kumpul-kumpul membangun komptensi bisnis, jaringan bisnis,
peluang bisnis, bahkan sampai partner bisnis. Komunitas Bisnis memberikan
atmosfer yang segar bagi kita semua untuk mewujudkan dari mimpi menjadi
kenyataan, menjadi Pengusaha.
Jika diawal kita rajin ikut nimbrung di milis, senang nulis di blog, hadir
di forum, seminar dan workshop, dan begitu bersemangat dengan small winning
di bisnis masing-masih, ah semua tampak indah dan penuh kesuksesan. Namun
ketika tahun beranjak, 3, 4, 5 tahun berlalu, mulai terlihat, ada bisnis
yang bertahan, ada yang melesat berkembang, namun ada yang turun, bahkan
ambruk menyisakan hutang. Bagi yang sukses, masih nyaman hadir, tapi bagi
yang “gagal” malu rasanya muncul di komunitas. Ada sebagian yang Sad Ending
Hari ini, Euforia Kewirausahaan sudah mendapatkan jawabannya. Salah satu
jawabannya, bahwa bisnis tidak selalu seperti kelihatannya sukses terus. Ada
dinamika, dan itu sejak dulu memang sudah ada, walau saat ini ketutupan
cerita sukses terus. Bisnis itu ada momentum, dinamika, ada quantum leap,
ada stagnasi, ada kejatuhan, ada kebangkrutan. Namun juga ada kebangkitan,
ada pencapaian lanjutan yang luar biasa.
Saatnya bersama-sama menggulirkan kewirausahaan yang benar, yang natural,
organik, esensial, yang fundamental. Juga halal. Tidak perlu lagi “balapan
kelihatan kaya”, berlomba pencitraan “sukses”, saling tanya outletmu sudah
berapa? Apalagi tanya “utang-mu yang indah itu, sudah nambah berapa milyar
sekarang ?”, sudah berapa milyar “cash back” yang kau dapat ? yang isinya
cuman panas-an aja …
Ayo semua yang masih bermimpi menjadi Pengusaha, saatnya come back meraih
impian kita, cita-cita menjadi Pengusaha 100%. Jangan pernah patah menjadi
Pengusaha, karena Pengusaha itu memang akan banyak menghadapi masalah. Jika
usaha masih UKM saja mudah patah, bagaimana bisa menjadi Pengusaha Besar ???
Menjadi Pengusaha itu menghadapi masalah, karena dengan memilih untuk selalu
tambah besar, berarti menantang setiap masalah yang datang.
Keberanian memilih, lalu menjalani dengan semangat baja, tahan banting,
terus belajar, bekerja keras, hidup hemat, menunda kesenangan, fokus pada
tujuan dan impian besarnya, adalah sebenar-benarnya pengusaha. Sekali
Menjadi Pengusaha, Tetap Menjadi Pengusaha.
Salam Sukses Pengusaha
Rosihan
www.saqina.com