Daerah perbatasan hingga saat ini masih minim perhatian. Letaknya yang terpencil (remote area) menjadikan daerah perbatasan sulit lepas dari stigma terbelakang. Parahnya lagi, daerah perbatasan Indonesia yang terhubung langsung wilayah negara tetangga acapkali dianggap sebagai halaman belakang. Padahal, dengan posisinya seperti itu, daerah perbatasan bisa menjadi beranda wilayah NKRI.
Seiring tingginya kesadaran akan arti penting daerah perbatasan, pemerintah Indonesia terus memberikan perhatian khusus kepada daerah ini. Perhatian khusus ini sudah seharusnya diberikan sebab hampir seluruh sektor di wilayah perbatasan mengalami ketertinggalan. Di sektor pendidikan, upaya untuk memajukan wilayah perbatasan masih terbuka luas. Terobosan yang bisa ditempuh saat ini adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
TIK dengan berbagai pengembangannya dapat dimanfaatkan untuk mendistribusikan materi pelajaran, mensupport para guru dan siswa, hingga mengendalikan metode pengajaran dan pembelajaran jarak jauh. Pendek kata, pemanfaatan TIK untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah perbatasan bisa memangkas jarak, waktu, serta biaya. Kelebihan tersebut bisa diwujudkan sepanjang tersedianya infrastruktur yang memadai antar titik yang terhubung (point to point connection). Hal tersebut senada dengan pendapat Rosenberg (2001) yang menyatakan bahwa penggunaan TIK ada 5 (lima) pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
• dari pelatihan ke penampilan
• dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja
• dari kertas ke “on line” atau saluran
• fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja
• dari waktu siklus ke waktu nyata.
Pemanfaatan TIK di daaerah perbatasan bisa pula dipahami sebagai upaya membuka pintu masuk (access point) bagi pelaku pendidikan lokal agar senantiasa terhubung dengan dunia luar. Dengan adanya keterhubungan ini arus informasi dan transfer pengetahuan bisa terus terjadi melalui saluran yang disediakan. Upaya serius untuk mewujudkan hal tersebut saat ini telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) melalui pengembangan infrastruktur berbasis TI dengan nama Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Melalui Jardiknas inilah, seluruh pelaku pendidikan lokal bisa terkoneksi satu sama lain secara on line melalui fasilitas electronic education (e-education). Poin akses untuk e-education ini salah satunya dilakukan melalui portal rumah belajar (http://belajar.kemdiknas.go.id).
Langkah awal meningkatkan mutu pendidikan di daerah perbatasan ini bisa dimulai dengan melatih para guru. Mereka inilah agen perubahan yang harus didukung penuh untuk makin sadar teknologi. Kemampuan para guru untuk memanfaatkan teknologi informasi yang tersedia secara tepat guna akan mengubah cara pandang mereka dalam mengajar para siswa. Melalui TIK, interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui tatap muka namun bisa dilakukan melalui internet. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.
Pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran juga telah memunculkan tren baru bernama cyber teaching atau pengajaran maya. Sebuah proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini adalah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:
• e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
• pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,
• memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Centerted Classroom), Teleconferencing, dan WBT (Web-Based Training). Semua model pembelajaran ini bisa diaplikasikan untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di daerah perbatasan secara bertahap.
Internet sebagai salah satu pengembangan TIK sangat potensial untuk diaplikasikan sebagai media pembelajaran. Kehadiran internet diakui telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan.
Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan.
Kehadiran TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan zaman.
Gambaran di atas kiranya bisa mengantarkan kita untuk membayangkan wajah pendidikan di daerah perbatasan Indonesia. Melalui TIK, pelaku pendidikan lokal yang tersebar di daerah perbatasan bisa terus terhubung dengan pelaku pendidikan lain yang dinilai lebih maju. Kunci dari upaya besar ini adalah membangun jaringan komunikasi antarguru, antarsekolah, hingga antarsiswa. Jejaring komunikasi yang terbangun juga makin memudahkan Kemendiknas dalam mengarahkan pengelola sekolah di daerah perbatasan guna meningkatkan mutu layanan pendidikan bagi para siswanya. Semoga Bermanfaat…
Oleh : Hasan Chabibie
Staff PTP berbasis multimedia dan web Pustekkom Kemdiknas.
Sumber: Jardiknas