“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kapada-Nya.”
(Al Baqarah: 45-46)
Cara memasuki shalat, menurut ayat tersebut di atas, dalam bentuk praktek adalah seperti di bawah ini:
1. Heningkan pikiran Anda agar rileks. Usahakan tubuh Anda tidak tegang. Tak perlu mengkonsentrasikan pikiran sampai mengkerutkan kening karena Anda akan merasakan pusing dan capek. Jika terjadi seperti itu, kendorkan tubuh Anda sampai terasa nyaman kembali.
2. Biarkan tubuh meluruh, agak dilemaskan,atau bersikap serileks mungkin.
3. Kemudian rasakan getaran kalbu yang bening dan sambungkan rasa itu kepada Allah. Biasanya kalau sudah tersambung, suasana sangat hening dan tenang, serta terasa getarannya menyelimuti jiwa dan fisik. Getaran jiwa inilah yang menyambungkan kepada Zat, yang menyebabkan pikiran tidak liar ke sana kemari.
4. Bangkitkan kesedaran diri, bahwa Anda sedang berhadapan dengan Zat Yang Maha Kuasa,Yang Meliputi Segala Sesuatu, Yang Maha Hidup, Yang Maha Suci dan Yang Maha Agung. Sadari bahwa Anda akan memuja dan bersembah sujud kepada Nya serendah rendahnya, menyerahkan segala apa yang ada pada diri Anda. Biarkan ruh Anda mengalir pergi, dengan suka rela menyerahkan diri : “Hidup dan matiku hanya Allah semata.”
5. Berniatlah dengan sengaja dan sadar sehingga muncul getaran rasa yang sangat halus dan kuat menarik ruhani meluncur ke hadirant Nya. Pada Saat itulah ucapkan takbir “ALLAHU AKBAR”. Jagalah getaran rasa tadi dengan meluruskan niat, inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamawaati wal ardh, haniifan musliman wama ana minal musyrikin (sesungguhnya aku menghadap kepada wujud Zat yang menciptakan langit dan bumi, dengan selurus-lurusnya, dan aku bukan termasuk orang yang syirik). Rasakan kelurusan jiwa Anda yanng terus bergetar menuju Allah. Setelah itu, menyerahlah secara total. Inna shalati wanusuki wamayahya wamamati lillahi rabbil ‘alamin (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah semata).
6. Rasakan keadaan berserah yang masih menyelimuti getaran jiwa Anda, dan mulailah perlahan-lahan ‘membaca’ setiap ayat dengan tartil. Pastikan Anda masih merasakan getaran pasrah saat membaca ayat dihadapan Nya. Kemudian lakukanlah rukuk. Biarkan badan Anda membungkuk dan rasakan. Pastikan bahwa ruh Anda perlahan-lahan turut rukuk dengan perasaan hormat dan pujilah Allah Yang Maha Agung membaca: “subhaana rabbiyal adiimi wabihamdii”. Jika antara ruhani dengan fisik Anda telah seirama, maka getaran itu akan bertambah besar dan kuat, dan bertambah kkuat pula kekhusyu’an yang terjadi.
7. Setelah rukuk, Anda berdiri kembali perlahan sambil mengucapkan pujian kepada Zat Yang Maha Mendengar: “ samiallahu liman hamidah” (semoga Allah mendengar orang yang memujiNya). Kemudian, setelah kedua tangan diturunkan, ucapkan: “rabbana wa lakal hamdu millussamawati wamil ul ardhiwamiluma syi’ta min syai in ba’du” (Ya Tuhan, milik Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi dan sepenuh sesuatu yang Engaku kehendaki sesudah itu). Rasakan keadaan ini sampai ruhani Anda menngatakan yang sebenarnya. Jangan sampai sedikitpun tersisa dalam diri Anda rasa untuk ingin dipuji, yang terjadi adalah keadaan nol, tidak ada beban apa-apa kecuali rasa hening.
8. Kemudian secara perlahan sambil tetap berdzikir: “Allahu akbar”, bersujudlah serendah rendahnya. Biarkan tubuh Anda bersujud, rasakn sujud Anda agak lama. Jangan mengucapkan pujian kepda Allah Yang Maha Suci, subhanallah wabihamdhi, sebelum ruh dan fisik Anda bersatu dalam satu sujudan. Biasanya terasa sekali ruhani ketika memuji Allah dan akan berpengaruh kepada fisik, menjadi lebih tunduk, ringan dan harmonis.
9. Selanjutnya, lakukanlah shalat seperti di atas dengan pelan-pelan, tuma’ninah pada setiap gerakan. Jika Anda melakukannya dengan benar, getaran jiwa akan bergerak menuntun fisik Anda. Sempurnakan kesadaran shalat Anda sampai salam.
Sehabis shalat, duduklah dengan tenang. Rasakan getaran yang masih membekas pada diri Anda. Ruhani Anda masih merasakan getaran takbir, sujud, rukuk dan peyerahan diri secara total. Kemudian pujilah Allah dengan memberikan pujian itu langsung tertuju kepada Allah, agar jiwa kita mendapatkan energi Illahi serta membersihkannya.
Subhanallah … Subhanallah … Subhanallah …
Alhamdulillah … Alhamdulillah … Alhamdulillah …
Laa ilaha illallah … Laa ilaha illallah … Laa ilaha illallah …
Allahu akbar … Allahu akbar … Allahu akbar …
Biasanya, setelah menyelesaikan shalat, getaran jiwa Anda akan berdzikir terus-menerus. Sebuah dzikir yang keluar bukan dari pikiran.
Anda akan merasakan getaran shalat kapan saja, sehingga suasananya menjadi sangat indah dan damai. Dan ketika waktu tiba, getaran itu akan bertambah besar dan menjadi tempat persinggahan jiwa untuk mengisi getaran iman yang diperoleh dari shalat denagn khusyu’. Agar getaran jiwa itu tidak tertutup lagi, lakukanlah dzikirullah dalam setiap kesempatan. Firman Allah dalam surat An Nisa’ , 4 Ayat 103:
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasakan tenang, maka dirikanlah shalat (sebagaimana biasa). Sunggguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Pelajari juga cara wudhu yang benar di sini
Diambil dari: Buku Pelatihan Shalat Khusyu’ yang ditulis oleh Abu Sangkan]
Bagi Sahabat Pintar yang ingin membaca buku tsb, silahkan datang ke Rumah Pintar Kembar
Jl. Solo-Yogya km.30 Jombor Ceper Klaten
(0272) 3154777