
Sahabat Pintar, mau tau, apa atau siapakah itu yang disebut dengan manusia pembelajar?
Simak ulasan berikut ya:
‘Manusia pembelajar’ itu didefinisikan oleh Andrias Harefa sebagai setiap orang (manusia) yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting, yakni pertama, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial seperti “Siapakah aku?”, “ Dari manakah aku datang?”, “Ke manakah aku akan pergi?”, “Apakah yang menjadi tangguung jawabku dalam hidup ini?” dan “ kepada siapa aku harus percaya?”; dan kedua, berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensi itu mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri dan menolak untuk dibanding-bandingkan dengan segala sesuatu yang “bukan dirinya” .
Secara khusus dapat pula dikatakan bahwa dengan menggunakan kerangka uraian Cak Nur dalam tulisan di atas, gagasan mengenai tri tugas, tanggung jawab, dan panggilan kemanusiaan itu sejalan dengan “kepribadian muslim yang digambarkan al-Qur’an, sebagai buah dari kebebasan nurani”.
Kepribadian muslim itu sendiri dicirikan Cak Nur dengan mengacu pada, antara lain, al-Qur’an surah al-Furqan/25:63-74. Dikatakan bahwa “Pertama-tama disebutkan dalam ayat itu bahwa hamba-hamba tuhan yang maha pengasih (‘ibad al-Rahman ) itu ialah mereka yang jika berjalan diatas bumi, berjalan dengan rendah hati. Dan jika diajak berbicara dengan orang-orang yang bodoh, mereka menjawab atau mengucapkan ‘salam’ (damai)”. Selanjutnya Cak Nur merinci dan menjabarkan makna ayat-ayat tersebut dengan mengatakan mereka yang berkepribadian muslim itu, antara lain, pertama, rajin beribadat kepada Allah; kedua, menyadari bahwa dirinya selalu terancam oleh kesengsaraan, maka dengan tulus memohon kepada Allah untuk dihindarkan darinya; ketiga, dalam menggunakan harta, mereka itu tidak bersikap boros, juga tidak kikir, melainkan pertengahan antara keduanya; keempat, mereka tidak tulus beribadat kepada Allah semata (tidak melakukan syirik, yang dapat memecah tujuan hidup hakikinya), dan menghormati hak hidup orang lain yang memang dilindungi oleh Allah itu; kelima, senantiasa menjaga kehormatan dirinya; keenam, tidak membuat kesaksian palsu; ketujuh, jika bertemu dengan hal-hal yang tidak berguna, mereka menghindar dengan harga diri; kedelapan, jika diingatkan dengan ajaran-ajaran Tuhan, mereka tidak bersikap masa bodoh, seolah-olah tuli dan buta; kesembilan, mereka juga mempunyai tanggung jawab keluarga yang tinggi (mencintai teman hidupnya, yaitu suami dan istri, serta anak keturunannya); kesepuluh, mereka mempunyai rasa tanggung jawab sosial, dengan keinginan yang kuat, yang dinyatakan dalam do’a kepada Allah, untuk dapat melakukan sesuatu yang bersifat kepemimpinan, yakni sikap hidup dengan memperhatikan kepentingan orang banyak.
Mau tau ulasan lengkapnya? Baca saja bukunya di Rumah Pintar Kembar yaa ^__^
Diambil dari Buku: Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup yang ditulis oleh Andrias Harefa