Kesan Pertama Bisa Menipu

Belajarlah untuk tidak menilai orang lain terlalu cepat atau membuat kesimpulan terburu-buru, bisa keliru dan tertipu. Amati perkataannya, simak time linenya di twiter, baca statusnya di facebook, pahami tulisannya. Belum cukup? Berdiskusi dan berinteraksilah dengan orang itu. Anda bisa menilai seseorang secara mendalam setelah berbisnis atau bekerjasama dengan mereka.

Saya pernah keliru menilai penampilan seseorang. Suatu saat saya menemani mentor bisnis  bertemu seseorang. Orangnya tak dikenal, sederhana, penampilannya jauh dari kesan seorang yang kaya. Saya ragu apakah dia pebisnis hebat. Saya juga ragu apakah ia sanggup bermitra bisnis dengan mentor bisnis saya.

Tetapi, setelah bertemu beberapa kali, saya baru tahu ternyata dia seorang trilyuner. Bisnisnya bukan hanya di dalam negeri tetapi di berbagai negara, tidak terjebak hutang dan juga tidak ikut berebut proyek-proyek pemerintah. Lelaki ini juga penggemar buku-buku yang saya tulis –wah, saya jadi merasa tersanjung!

topeng
realmskipper.blogspot.com

Orang yang berbadan besar belum tentu memiliki nyali besar untuk mengambil keputusan-keputusan besar. Seorang yang tidak bergelar sarjana bukan berarti tidak cerdas. Boleh jadi, walaupun dia “tidak berpendidikan” namun pikiran-pikirannya justru orisinil, segar dan menginspirasi banyak orang.

Orang yang tinggal di perumahan mewah dan menggunakan mobil mewah bukan berarti lebih kaya dibandingkan orang yang tinggal di perumahan sederhana. Boleh jadi seluruh aset orang kaya itu bila dijual belum cukup untuk membayar hutangnya. Jangan silau dengan penampilan orang, saat ini banyak orang yang hidup menggunakan topeng.

Kita dilahirkan bukan untuk sibuk menilai orang lain. Sibuklah menilai diri Anda sendiri. Sudahkah orang tua Anda bangga dengan Anda? Apabila orang lain tahu tentang Anda yang sebenarnya, apakah mereka masih hormat dengan Anda? Dan tentu yang lebih penting, apabila Anda meninggal saat ini, sudah pantaskah Anda meminta balasan surga kepada-Nya?

Sumber: Jamil Azzaini