brad sugar

Dunia Belajar dari Brad Sugar

Sahabat Pintar, akhir-akhir ini saya sedang ingin banyak belajar tentang bisnis dan marketing. Salah satu toko favorit saya saat ini adalah Brad Sugar. Ingin tahu siapa dia? Dia adalah pendiri ActionCOACH, pelatihan bisnis Internasional dan telah terbukti banyak membantu para pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya. Ingin tahu lebih banyak lagi? Baca ya…

brad sugar
Salah seorang yang sukses di bidang pelatihan bisnis dan sekarang tengah naik daun di dunia adalah Bradley J. Sugars. Dalam usianya yang baru menginjak 36 tahun Brad sudah menjadi tokoh bisnis yang dikagumi para pemilik bisnis. Ia kerap disejajarkan dengan tokoh bisnis dunia seperti Rupert Murdoch, Henry Ford, Richard Branson, Anita Roddick dan lain-lain. Brad juga sudah berbicara di atas panggung auditorium di hadapan lebih dari 3000 orang seperti halnya Tom Hopkins, Brian Tracy, John Maxwell, Robert Kiyosaki, Allen Pease, Anthony Robin, Jim Rohn dan Mark Victor.

Apa rahasia Brad hingga dalam usia muda konsepnya banyak didengar dan mudah diterapkan orang-orang di seluruh dunia? “Anda perlu memiliki visi dan anda perlu memikirkan sesuatu yang besar. Setelah itu anda perlu melakukan aksinya,” ujar Brad dalam situsnya (bradsugars.com). Menurut dia, melakukan aksi itu tak dibatasi oleh usia, apakah dimulai saat masih muda atau sudah tua. Lalu ia membandingkan awal dirinya terjun ke dunia bisnis. “Saya memulai bisnis pertama ketika saya berusia 15 tahun, tetapi Kolonel Harland Sander dari KFC (Kentucky Fried Chicken) memulainya pada usia 65 tahun ketika ia menggunakan dana sosialnya sebesar US$ 105 untuk memulai bisnis. Yang ingin saya katakan adalah bagaimana mengubah mimpi menjadi kenyataan,” paparnya.

Sebenarnya, kata Brad, menurut ayahnya sendiri ia sudah “praktik” bisnis sejak usia tujuh tahun saat Brad menjual hadiah Natalnya kepada saudara-saudaranya. Tahun-tahun berikutnya ia sudah pintar bagaimana mencari uang antara lain dengan menyewakan barang-barang mainannya pada mereka untuk satu atau dua hari. “Saya mendapatkan uang tapi mainan tetap saya miliki,” ujarnya mengenai pengalamannya itu.

Pada usia 15 tahun Brad kecil sudah mempekerjakan teman-temannya sebagai pengantar koran. Ia mengumpulkan sedikit demi sedikit uang dari koran-koran yang diantarkan teman-temannya itu. Setelah itu bisnisnya berkembang menjadi tak sederhana karena mencoba bidang bisnis lain. Misalnya, ia mencari orang-orang yang ingin mendapatkan sesuatu lalu ia mencari barang tersebut dan menjualnya kepada orang-orang tadi. “Saya memberikan harga terbaik dengan layanan yang hebat,” katanya mengenai konsep layanannya.

Selain menjalankan bisnis sendiri ia juga nyambi sebagai tenaga part timer. Hingga lulus dari sekolah bisnis Brad sudah bekerja di 27 bidang pekerjaan mulai dari tukang taman hingga pembuat pipa, dari tukang masak pizza hingga penyiar radio, dan dari disc jockey hingga juru tulis akuntan. Setelah itu ia tahu bahwa ia berbeda dengan remaja lainnya. “(Ternyata) Saya tertarik pada bisnis dan uang bukan pada bagaimana agar mendapatkan pekerjaan,” katanya. “Sekarang saya tahu saya tidak dapat dipekerjakan,” katanya lagi.

Untuk menambah wawasan bisnisnya ia mulai menginvestasikan uangnya untuk menambah ilmu bisnis praktis dalam berbagai bidang. Ia belajar tentang investasi, penjualan, bisnis, dan sebagainya. “Saya belajar karena saya tahu bahwa untuk mencapai apa yang diinginkan dalam hidup bukan dengan cara seberapa besar kerasnya kita bekerja melainkan dengan seberapa banyak yang kita ketahui,” jelasnya.

Pada usia 21 tahun Brad sudah menjalankan empat toko ritel dan sebuah kontrak manajemen fotokopi. Gajinya US$ 60 ribu (sekitar Rp 540 juta) setahun. Pendapatan yang menggiurkan untuk anak seusianya. Brad lalu membeli toko fashion wanita tanpa uang muka. Ia mendapatkan 33% sahamnya dengan cara yang unik. “Apa yang saya tawarkan (untuk mendapatkan saham itu) adalah saya (berjanji) akan meningkatkan penjualannya. Dan saya berhasil meningkatkan penjualannya sebesar 93% dalam tempo sembilan minggu pertama,” katanya. Tapi tiga bulan kemudian ia menjual sahamnya pada partner lain di perusahaan tersebut. Ia melakukan hal yang sama untuk sebuah pabrik pizza.

Di sela-sela kesibukannya ia melakukan konseling bisnis. Biasanya ia memberikan dua jam pertamanya secara gratis. Ini maksudnya, kata dia, agar orang-orang tahu apa yang ia lakukan untuk mereka. Rupanya bakatnya menyebarkan ilmu berbisnis ini memang luar biasa. Sampai-sampai suatu ketika Robert Kiyosaki, penulis buku motivasi laris, menawarinya agar ia mendirikan perusahaan pelatihan bisnis berskala internasional. Maka pada tahun 1993 Brad mendirikan Action International, perusahaan business coaching. Lembaga pelatihan ini kini berubah menjadi Action Coach yang berdiri di lebih dari 26 negara, dengan sistem franchise, termasuk Indonesia. (Den Setiawan)

Diambil dari: Majalah DUIT